Sabtu, 19 Februari 2011

Makaronz.

Gue pertama kali denger makaroni waktu temen gue menyebutnyebut makaroni Kliningan.

Waktu itu temen temen gue ribut banget soal makaroni kliningan. Gue waktu itu masih asing sama makaroni. Dan gue emang dari kecil gasuka makaroni yang disayurin. Dan gue pikir waktu itu yang diomongin sama mereka adalah makaroni sayur. So, gue sama sekali ga tertarik ikut ke pembicaraan mereka.
"Lik, besok mau ikut ga" temen gue, panggil dia Tiadut (Nama aslinya Tia, tapi gue lebih suka memanggil dia Tia dengan tambahan dut dibelakangnya.)
"Ke?"
"kliningan"
"Ngapain?" Gue sebenernya tau mereka mau ngajakin makaroni. Tapi gue manjang2in aja.
"Makan makaroni sambil ngeceng"
Gue cuma menggumam.
"Mau ga?"
"Saaloh" Gue jawab gantung.
"jangan bilang gaikut"
"yaya, ikut" Kata gue. Sebenernya gue cuma jawab itu biar cepet aja.
Tiadut mangguk mangguk.

Esoknya, gue dan temen-temen gue pergi ke yang namanya Kliningan. Gue nurut nurut aja pas gue ditarik-tarik. Asli, gue lagi diet. Gue lebih memilih tidur daripada pergi ke Kliningan hanya untuk membeli makaroni. Gue berharap dalam hati semoga tuh makaroni enak. Kalau ga enak, rugi rugi gue dateng kesini!

Oh...initoh kliningan. Cuma kaya kantin lagi kok.
Tiadut menarik gue ke tukang makaroni.
Pikiran gue tentang makaroni sayur salah. Ini makaroninya digoreng sampai kuning terus pake sambel.
Dari harumnya sih enak. Perut gue yang dari pagi belum diisi karna diet langsung ngirim SMS ke gue.

Gue pesen ajatuh sama temen-temen gue, dan gue dapet makaroni yang harumnya menusuk jiwaraga itu.
Temen-temen gue yang lain udah siap makan dan malah ada yang udah belewekbelewek. Sementara gue masih menyiapkan sumpit yang tadi dikasih. Gue berdoa dalam hati.

"Yaallah jika makanan ini baik untukku, Ridokanlah.
Jika makanan ini tidak baik untukku, Bantu aku memuntahkannya."

Doa yang ga nyambung sih. Itu cuma gagayaan gue doang.
Gue langsung makan dengan lahap, dan merasakan tiap keempukan dalam setiap rasa masakannya (Lebih terdengar seperti iklan)

Gue bengong tiba-tiba.
Gue tidak merasakan nikmat yang mendalam.
Dan gue merasakan.....................
Hanyir telor.


Gue paling gasuka telor. Apalagi hanyirnya. 

Dan gue.
pengen.
muntah.
di kliningan.


*sensor*


Semenjak hari itu, gue hanya diam kalau teman-teman gue ngajak ke kliningan. Gue males ke kliningan.


Tapi gue menemukan secercah harapan baru. Makaroni didepan bimbel gue.
Gue gatau ada tukang makaroni disana, tapi gue menemukannya saat Karin, temen les gue, membawakan sejumlah makaroni dan gue mencobanya.
Itu rasanya udah kaya disurga bangetlah. 
Gaada hanyir telor, asinnya pas, sambelnya pedes. UDAH KRITERIA GUE BANGET.

"Yaallah jika makanan ini baik untukku, Ridokanlah.
Jika makanan ini tidak baik untukku, Buatin biar baik aja."

Gue pun langsung menghampiri tukang makaroni. Gue segera pesan 3000 ke si emang makaroninya. Emang itu hitam legam, rambut gondrong tapi klimis. Gondrong tapi klimis. Gondrong tapi klimis. Agak aneh juga ya....
Gue melihat gerobak si emang. Dan melihat tulisan itu.
Gue bengong.
MAKARONI VS SEBLAK METAL.
This is so Unyu.
Gue ngakak aja ngeliatnya, emang sesuai ah namanya. Abisnya emangnya kan rocker. Gondrong klimis bro \m/
Gue ngeliatin aja cara si emang bikinnya. Harum banget tuh bawang putihnya pas digoreng. Mantapdah.

Ini dia hasil jadinya:


Enak banget lah ini makaroni. Jauh dari makaroni Kliningan. Enak, tidak hanyir telong.

Keprok barudak,

So, saran gue.

"Jangan percaya dulu dengan apa yang dibilang teman.
Yang populer belum tentu enak,
Yang tidak populer siapa tahu enak.
Karna, Lidah orang berbeda-beda"

Keprok barudak.


Salam keraton,
Nona muda Hamengkuwobono XIVVIIIIVIIII Kangjeng putri Alika titik titk alya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar