Guru terkadang bisa sangat menyebalkan.
Saking menyebalkannya, gue dan temen gue memberi nama julukan untuk para guru yang nyebelin. Nama julukan ini diberi sesuai dengan kejelekan si guru itu.
Misalnya, ada guru cewek gue yang terlihat baik hati pada awalnya. Ya, dia sangat baik sekali dan manis dengan kerudung dan kacamatanya. Namun lama kelamaan sisi jahatnya terlihat. Dia sering memberi tugas dengan ribetnya dan membuat gue nyaris bunuh diri karena stress dengan tugasnya. Gue amat benci terhadapnya. Lalu gue sadar kejelekan dia. Saat dia berbicara, suaranya tengik. Mau sekeras apapun dia berbicara, suaranya tetap terdengar kecil, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya.
Dan gue menyimpulkan yang tersangkut ditenggorokannya itu cilok, makanya suara gede dia gak bisa dikeluarin karena ada cilok nyangkut. Gue dan teman gue pun memanggil dia Ibu Cilok, guru dengan cilok nyangkut ditenggorokan. Dan ini bukan cilok kecil, tapi cilok yang isi telor. Makanya suara dia jadi kayak ketahan gitu. Malangnya Ibu Cilok. Gue hanya berdoa semoga cilok itu cepat terbawa gaya peristaltik ditenggorokan sehingga bisa masuk ke saluran pencernaannya. Gue mulai memikirkan saran untuk memberi brosur operasi bedah untuknya. Siapa tahu dengan operasi bedah cilok yang tersangkut itu bisa terambil.
Lalu ada lagi seorang bapak tua yang mengajar di kelas gue. Rambutnya putih sekali, amat keren. Dia juga berwibawa dalam mengajar. Namun yang gue aneh dari beliau, dia gak pernah ganti baju.
Percayalah, bajunya selalu sama setiap mengajar. Kemeja ungu, dasi ungu, celana, dan peci.
Logika gue adalah:
1. Warna favorit si bapak adalah ungu. Betapa unyunya, bapak tua yang sudah ubanan dan warna favoritnya ungu.
2. Si bapak adalah duda. Ada ibarat bahwa ungu adalah janda. Karena si bapak ini lelaki jadi gue sebut dia duda.
3. Baju yang dipakai oleh si bapak adalah baju semacam model spongebob. Yang desainnya sama semua, dan untuk memakainya harus dilipat-lipat kaya kardus dulu. Jadi lemarinya hanya berisi sesetel baju warna ungu.
Keren.
Lalu kemudian ada suatu kejadian. Pelajaran sejarah, diajari oleh bapak berkumis hitam dan tebal. Dia tidak gendut tidak kurus namun perutnya buncit. Dan matanya sering berkiceup-kiceup.
Si bapak ini sering tidak diwaro oleh anak-anak karena apa yang beliau omongkan tidak terdengar jelas. Tapi si bapak ini tidak pernah marah, dia terus ngomong meski anak-anak tidak ngewaro. Kadang gue kasian sama beliau.
Pada suatu hari ada kejadian mengejutkan.
Si bapak masuk dan membawa setumpuk kertas. Apalagi selain ulangan. Anak-anak langsung pasang tampang galau. Dasar anak muda.
Ada yang nyeletuk "Kok ulangan lagi sih pak"
Tanpa disangka-sangka si bapak langsung melotot ke anak itu dengan tampang seram. Si anak itu langsung diam mengetahui akan ada marabahaya datang padanya.
Anak-anak pun mengerjakan soal dengan makhrukh dan gak ridho. Si bapak duduk dibelakang sambil mengerjakan soal.
Lalu seperti yang sesuai pada kodratnya, para murid mencontek. Dan karna tahu si bapak jarang marah, anak-anak mencontek dengan tak tahu malu.
Dan lalu kejadian dahsyat terjadi.
Si bapak memukul meja dengan suara membahana dan berteriak dengan mata melotot.
"HEI KAMU! JANGAN RIBUT SAJA!"
Anak-anak membeku seperti es batu, tidak tahu harus menjawab apa. Lalu salah satu teman cowok gue bertanya pada si bapak dengan so akrab.
"Yang mana, pak?"
Si bapak melotot, urat-urat kepalanya keliatan (kalau dibayangin serem juga)
"YAMAN! JANGAN RIBUT SAJA KAMU!"
Kita semua melongo. Gue yakin semua sedang memproses data kedalam otak, sama kayak gue. Yaman? Siapa Yaman? Perasaan gak ada teman gue yang namanya Yaman.
Ada 3 teori yang gue pikirkan saat itu:
1. Telinga gue salah dengar, mungkin bapak bermaksud bertanya "Yang mana? Jangan ribut saja kamu?"
2. Tapi kayaknya ganyambung deh.
3. Si bapak punya teman hantu yang bernama Yaman yang diam-diam ada dikelas ini.
Gue merinding.
Hening cukup lama, 1 detik 2 detik 3 detik...
Lalu terdengar kikikan tertahan dari anak murid.
Gue masih loading. Gue nanya ke temen sebangku gue yang juga ketawa. "Kenapasih?"
"Kan tadi cepot bilang 'Yang mana pak?' terus si bapak kayaknya ngira namanya Yaman, jadi langsung teriak Yaman, jangan ribut saja kamu! Harusnya kan yang mana, bukan yaman"
Gue melongo. Terus ketawa dipaksain.
Dasar guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar